Derajat kesehatan yang tinggi dalam
pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Gizi
sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan
beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap
penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak.
Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak.
Keberhasilan pembangunan suatu
bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang
prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan
oleh status gizi yang baik. Status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan
pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh
faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi
oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik.
Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor
penghambat dalam pembangunan nasional. Secara perlahan kekurangan gizi akan
berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya
umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada
rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya
pertumbuhan ekonomi.
Kesepakatan global berupa Millenium
Development Goals (MDGS) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48
indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan
dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Untuk Indonesia, indikator
yang digunakan adalah persentase anak berusia di bawah 5 tahun (balita) yang
mengalami gizi buruk (severe underweight) dan persentase anak-anak berusia 5
tahun (balita) yang mengalami gizi kurang (moderate underweight).
Masalah gizi di Indonesia yang
terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak
seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak
balita (1-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi (KEP) atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan
gizi.
Di Indonesia
pada tahun 2010, status gizi balita menurut BB/U, balita yang mengalami gizi buruk sebesar 4,9%,
yang mengalami gizi kurang sebesar 13%, dan yang mengalami gizi lebih sebesar
5,2%. Sumatera Barat merupakan daerah yang sudah baik dalam hal gizi, balita
yang mengalami gizi buruk hanya sebesar 2,8 %, pada balita yang
mengalami gizi kurang, persentasenya
sebesar 14, 14 %, dan gizi lebih sebesar 1,6 %. (Profil Data Kesehatan
Indonesia, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar